5 Tradisi Perayaan Cap Go Meh di Indonesia dari Berbagai Daerah

Terdapat beragam tradisi yang dirayakan dalam peringatan Cap Go Meh di Indonesia. Tak hanya bervariasi, setiap tradisi dari berbagai daerah di Indonesia ini memiliki ciri khas dan makna tersendiri. Cap Go Meh adalah puncak dari serangkaian perayaan Tahun Baru Imlek yang diperingati pada hari ke lima belas. Untuk menyambut dan merayakan momen ini, berbagai daerah di Indonesia mengadakan perayaan dengan cara-cara yang berbeda.

Baca Juga : Ditolak PDIP, KPU Pastikan Sirekap Sudah Tersertifikasi Kominfo

Nah, berikut adalah beberapa tradisi perayaan Cap Go Meh yang lazim dijumpai di Indonesia. Mari kita simak informasi yang telah dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber mengenai ragam tradisi Cap Go Meh dari berbagai daerah di Indonesia:

Tradisi Pawai Tatung di Singkawang

Pawai Tatung merupakan salah satu ritual tradisional yang menjadi bagian dari perayaan Cap Go Meh dan berasal dari Singkawang, Kalimantan Barat. Tradisi ini telah menjadi ikonik dan terus diwariskan dari generasi ke generasi hingga saat ini. Menurut informasi yang dikutip dari situs resmi Kemenparekraf, Pawai Tatung adalah pertunjukan di mana ratusan Tatung menampilkan kesaktiannya dengan dirasuki oleh roh leluhur.

Dalam pertunjukan ini, tubuh Tatung akan ditusuk dengan benda tajam seperti pedang atau pisau, mirip dengan pertunjukan debus. Namun, yang menarik adalah para Tatung tidak merasakan rasa sakit atau luka selama pertunjukan tersebut. Hal ini dipercaya sebagai bagian dari upaya untuk menangkal musibah sepanjang tahun, serta untuk mengusir roh jahat dan membersihkan kota dari kejahatan dan malapetaka menurut kepercayaan lokal.

Kirab Budaya Ruwat Bumi di Salatiga

Kirab budaya merupakan salah satu acara yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Cap Go Meh di Salatiga, Jawa Tengah. Berdasarkan informasi dari situs resmi Disparekraf, kirab budaya atau yang juga dikenal sebagai kirab budaya ruwat bumi ini merupakan acara yang dihiasi dengan arak-arakan yang membawa patung dewa, disertai dengan pertunjukan seni budaya lokal.

Tidak hanya di Salatiga, tradisi kirab budaya untuk memperingati Cap Go Meh juga dilakukan di beberapa daerah lainnya. Biasanya, setelah acara kirab selesai, masyarakat akan berkumpul untuk berbagi makanan atau makan bersama, seringkali menikmati hidangan khas seperti Lontong Cap Go Meh.

Arak-arakan Sipasan dan Kio di Padang

Tradisi Cap Go Meh di Padang menjadi lebih meriah dengan adanya festival arak-arakan, yang dikenal dengan nama Arak-arakan Sipasan dan Kio. Menurut informasi dari situs resmi Pemerintah Kota Padang, Sipadan adalah kendaraan yang menyerupai lipan, sementara Kio merupakan semacam patung dewa atau leluhur.

Tradisi ini diikuti oleh sejumlah masyarakat keturunan Tionghoa di Padang, Sumatera Barat. Mereka mengarak Sipasan dan Kio leluhur sambil menampilkan tarian naga yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan tersebut. Festival arak-arakan ini biasanya melintasi pusat kota dalam perjalanan sejauh beberapa kilometer, menambah kemeriahan dan keunikan perayaan Cap Go Meh di Padang.

Jappa Jokka Cap Go Meh di Makassar

Jappa Jokka adalah festival Cap Go Meh yang diselenggarakan secara khas di Makassar, Sulawesi Selatan. Menurut keterangan dari situs resmi PPID Makassar, Jappa Jokka adalah sebuah karnival budaya yang merayakan puncak peringatan Tahun Baru Imlek.

Secara literal, “Jappa Jokka” bermakna “Jalan-jalan”. Nama ini berasal dari bahasa Makassar (Jappa) dan bahasa Bugis (Jokka). Sebelumnya, perayaan ini dikenal dengan nama Pasar Malam Cap Go Meh. Tradisi Jappa Jokka pertama kali diselenggarakan pada masa pemerintahan Gus Dur.

Ziarah ke Pulau Kemaro di Palembang

Tradisi ziarah seringkali dilakukan oleh masyarakat di Indonesia sebagai bagian dari perayaan atau memperingati suatu hari besar. Misalnya, saat perayaan Cap Go Meh di Palembang, Sumatera Selatan, ziarah menjadi salah satu fokus kegiatan, terutama di Klenteng Hok Tjing Rio di Pulau Kemaro.

Menurut informasi dari redaksi detikcom, masyarakat keturunan Tionghoa, khususnya mereka yang memeluk agama Konghucu, akan berkunjung ke Pulau Kemaro untuk melakukan ritual doa di Klenteng Hok Tjing Rio. Selain itu, perayaan tersebut juga dimeriahkan dengan tradisi lain seperti pertunjukan barongsai dan wayang orang.

Sumber : DetikNews

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *